Gue, gue adalah seorang pria muda terpelajar yang tinggal di rumah besar dan kaya dari pasangan suami istri yang mengadopsi gue saat gue berusia 2 tahun. Mereka memberikan gue sebuah nama. Nama yang sangat bagus menurut gue, yaitu Fadlino Ricky. Tapi gue tetep suka sama nama asli gue, Vito Sanjaya. Sebenernya itu nama asli gue, nama yang dikasih sama orang tua kandung gue. Gue enggak mau nama gue diganti begitu aja. Tapi apa daya? Gue masih kecil, gak ngerti yang gitu-gituan. Gue tau ini semua juga 8 tahun yang lalu saat gue berumur 16 tahun.
Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan gue banget. Hari ini gue akhirnya diwisuda setelah belajar 5 tahun di Korea tentang Progemmer Komputer. Gile, gue langsung disuruh balik sama orang tua angkat gue untuk bekerja di Indo. Gue rasa, percuma aja gue sekolah tinggi dan bergelar kalo ujung-ujungnya bekerja di Indo. Alasannya sih, karena udah gak kuat pisah lebih lama lagi. Cukup 5 tahun. Jangan lebih! Ya, gitulah yang mereka bilang. Mau gimana lagi ya harus gue jalanin amanat itu, meski gue rasa itu bego banget. Kalo tau gini, ngapain gue mesti sekolah jauh-jauh di Korea? Buang-buang waktu and duit aja. Hahaha.
Ada sedih ada juga senengnya. Dengan kepulangan gue, gue bisa ketemu sama cewek gue. Hahaha. Jujur, tu cewek memang pantes gue acungin jempol. Secara, zaman sekarang kan susah banget cari cewek yang setia. Gue tinggal 5 tahun, ternyata dia masih bisa jemput gue di bandara and ngasih gue kado jam tangan. Waw, it's perfect! Gue makin cinta and sayang sama dia. Walaupun dia punya cerita masa lalu tentang cinta yang sangat gila sakitnya. Udah dulu ya, gue mau ketemu cewek gue dulu. Mau dinner. Semoga, gue bisa jadi romantis kayak di film-film Korea.
Fadli menutup buku catatannya dan bergegas meninggalkan rumahnya.
"Fadli, maaf kalo omonganku ini agak nyakitin perasaanmu ya. Aku rasa, hubungan kita gak mungkin bisa dijalanin lagi." Bagaikan pedang tajam menusuk jantung gue. Gue kaget dan sama sekali gak ada pikiran kalo cewek yang gue sayang, akhirnya bisa juga ngomong gituan. "Apa? Kenapa Vel? Apa, aku pernah bikin kamu sedih? Apa karena aku pergi tinggalin kamu untuk sekolah? Tapi kan hampir setiap hari, aku kirimin kamu e-mail dan sms. Bahkan sebulan sekali, aku mencoba untuk menelpon kamu kan?" Vela cuman menggeleng dan berusaha berkata tidak. "Trus apa dong? Plis, jangan begini dong? Kalo ada yang salah kasih tau. Biar aku perbaikin. Oh, aku tau sekarang, kamu takut, kalo aku nikah sama kamu, kamu takut kamu terlalu tua buat aku? Vel, aku tau perbedaan usia diantara kita memang sangat jauh. Tapi buat aku, beda 20 tahun itu gak apa-apa. Yang terpenting, aku dan kamu bahagia."
"Fad, tolong kamu dengerin alasan aku ya, dan aku harap kamu bisa cepet ngertiin maksud aku ini."
"Apa alasannya? Kasih tau! Plis, jangan bikin aku bingung."
"Fad, kamu tau kan kalo aku itu adalah seorang janda? Dulu aku pernah menikah dengan seorang pria berdarah campuran Arab-Indonesia. Dan hasil pernikahanku dengannya, menghasilkkan seorang anak laki-laki bernama Vito Sanjaya, persis seperti nama asli kamu sebelum kamu diadopsi sama orang tua angkat kamu."
"Iya. Aku masih ingat cerita itu. Tapi Vel, yang namanya Vito Sanjaya itu kan banyak. Gak cuman aku. Bisa aja, yang namanya Vito Sanjaya itu bukan aku."
"Fad, tolong denger penjelasanku sampai selesai. Aku belum selesai bicara!"
"Maaf." Gue bisa diem doang kalo dimarahin sama cewek. Gue mengambil nafas panjang. Vela juga sebelum ia menangis di depan gue. "Fad, aku minta putus. Aku rasa, kamu gak perlu tau alasannya. Karena ini sangat meyakitkan buat kamu. Belum saatnya kamu tau, siapa aku ini." Vela pun berdiri. "Selamat tinggal Fadli. Semoga kamu bahagia tanpa aku." Gue pun ikut berdiri dan memegang lengannya. "Vel! Kamu ngomong apa sih barusan? Kamu gak boleh ninggalin aku gitu aja dong. Vel, plis, apa alasan terkuat sehinnga kamu mau putus?"
"Seandainya, aku adalah ibu kandungmu, apakah mungkin kita masih bisa seperti ini sampai ke jenjang pernikahan? Itu haram hukumnya, Fadli! Itu sangat dilarang agama! Tolong, kamu mau ngerti ya?"
"Ibu kandung aku? Kamu ibu kandungku?" Gue ketawa di depannya. "Vela, kamu gak perlu bercanda. Ini bukan waktunya buat bercandaan. Kamu bukan ibu kandungku. Sampai kapan pun, aku bukan anak kamu yang hilang itu."
"Fadli! Suatu saat nanti kamu akan menyesal karena pernah ngomong begitu sama aku."
"Oke. Mana buktinya? Mana bukti kalo kamu itu ibu kandung aku? Mana?" Gue seperti mengancam cewek yang gue sayang. Dia tampak gugup dan takut untuk membalas permintaan gue. Vela pun duduk lagi di kursinya dan gue pun ikut duduk. Vela mengeluarkan map kuning di atas meja dan menyodorkannya ke gue. "Itu adalah akte kelahiran anakku, Vito Sanjaya. Di dalamnya juga ada hasil tes darah laboratorium aku dan kamu."
"Tes darah? Kapan kamu melakukannya? Kenapa aku gak tau soal ini?"
"Tes itu udah lama. Sekitar 3 tahun setelah kamu meninggalkan Indonesia." Gue membuka map kuning itu dan mengeluarkan semua isinya. Di dalamnya memang ada akte kelahiran dan tanggal kelahirannya persis seperti tanggal lahir gue. Ditambah lagi nama ayahnya tertulis jelas, Jodi Sanjaya Stewardo serta nama ibunya, Vela Merila Sansei. "Ini gak mungkin!" Gue membuka hasil tes darah itu. Gue membacanya dengan seksama agar jelas semuanya. Ternyata golongan darah gue dan Vela sama persis, AB! Sumpah ini sama persis dan gak ada yang beda sama sekali. "Gak! Gak mungkin! Ini pasti tes darah orang lain! Pasti ada yang salah atau mungkin ketuker." Gue mencoba membantah bukti-bukti yang udah ada. Meskipun gue gak tau, siapa Jodi Sanjaya Stewardo itu. Tapi gue merasa pernah nama itu sebelumnya. Nama yang gak asing di telinga gue. Kalo gak salah itu nama mantan suaminya kakak perempuannya Mama. Berarti dia ayah kandung gue. Jadi selama ini gue udah ketemu orang tua kandung gue, tapi gue yang goblok bisa-bisanya jatuh cinta sama ibu gue sendiri. "Fadli, kamu adalah Vito Sanjaya anakku. Kamu memang anakku. Aku gak mungkin menikahi anakku sendiri! Kalo kamu masih gak percaya, aku bawa gelang kain yang aku buat sehari sebelum kamu menghilang." Vela mengeluarkan sesuatu yang udah usang dan jelek. Gue mencoba inget-inget benda itu. Dan gue baru nyadar, itu salah satu benda peninggalan orang tua kandung gue yang gue temuin di kotak kecil di gudang . Tapi sayangnya, kotak itu gak sengaja kebakar gara-gara keteledoran gue sendiri. Jadi udah gak ada bukti lagi. Setelah berfikir cukup lama, gue pun menyadari gue memang anak Vela. Pacar gue yang selama ini gue sayang, gue perhatiin lebih dan nyaris pengen gue kawinin bulan Oktober nanti, ternyata adalah ibu kandung gue sendiri! Gue gak nyangka ini bisa terjadi di hidup gue. Gue gak bisa memungkiri kalo gue cinta banget sama dia melebiihi apapun di dunia ini. Cinta ini udah ngelebihin cinta antara ibu dan anak!
2 tahun kemudian,
Gue masih berkemelut oleh cintaku kepada ibu kandung gue. Cinta gue berubah jadi patah hati dan gak ada semangat akan hidup. Ini bertambah menyakitkan saat ia mengakui ke semua orang dan setelah itu, ia pergi untuk selama-lamanya menuju alam baka bersama ayah ksandung gue yang udah meninggal saat balik ke Arab. Pesawatnya kecelakaan dan tenggelam di tengah lautan. Itu sebabnya, ibu kandung gue jadi janda beranak satu. Anaknya itu adalah gue....
Cinta terlarang itu, kini telah dikubur mati yang berubah menjadi pengalaman cinta gue yang paling rendah and buruk yang pernah gue lakuin!!!!